Ether kembali menjadi deflasioner di tengah _rebound_ pasar tahun ini.

Data dari ultrasound.money menunjukkan bahwa penerbitan bersih ether, atau tingkat inflasi tahunan, turun menjadi -0,07%, yang berarti volume ether yang di-_burn_ lebih cepat daripada jumlah yang di-_mint_.

Marcus Sotiriou, _market analyst_ di broker aset digital GlobalBlock, mengaitkan kenaikan ether yang di-_burn_ baru-baru ini dengan kenaikan penjualan _non-fungible token_ (NFT) yang didorong oleh sentimen positif di pasar kripto yang lebih luas.

Lebih dari 14.600 ether (ETH), bernilai sekitar USD23 juta atau sekitar Rp343,8 miliar, telah di-_burn_ selama tujuh hari terakhir, menurut ultrasound.money. Sekitar 3.400 di antaranya di-_burn_ selama perdagangan NFT berlangsung. _Marketplace_ NFT OpenSea menjadi pemakan gas terbanyak di Ethereum selama tujuh hari dan 30 hari, menurut ultrasound.money. 

Menurut data dari _cryptoslam_, volume penjualan NFT melonjak lebih dari 5% mencapai USD244 juta atau sekitar Rp3,6 triliun selama sepekan terakhir, dan 81% dari volume penjualannya, atau sekitar USD198 juta atau sekitar Rp2,9 triliun, berbasis di jaringan Ethereum.

"Lebih banyak penjualan NFT di Ethereum berarti lebih banyak transaksi yang terjadi, yang berujung pada lebih banyak ETH yang di-_burn_," kata Sotiriou kepada CoinDesk.

Partisipan pasar mengharapkan bahwa Ethereum Merge, yang mengubah protokol platform tersebut dari _proof-of-work_ (PoW) menjadi protokol yang lebih hemat energi _proof-of-stake_ (PoS), akan mengubah ether menjadi deflasioner.

Tingkat inflasi ether juga bergantung pada mekanisme terpisah yang diketahui sebagai Ethereum Improvement Proposal (EIP)-1559, di mana biaya yang dibayarkan untuk transaksi di jaringan tersebut "di-_burn_" atau dihilangkan dari sirkulasi. EIP-1559 terikat pada jumlah ether yang di-_burn_ dengan penggunaan jaringan: lebih banyak transaksi di _blockchain_, lebih banyak ETH yang di-_burn_.

ETH menjadi deflasioner pada November ketika jumlah ether yang di-_burn_ naik tinggi di tengah volatilitas pasar yang dipicu oleh jatuhnya _crypto exchange_ FTX. Namun perlahan ETH kembali inflasioner karena lambatnya penggunaan jaringan seiring pasar kripto kembali lesu.

Seiring pasar kembali menjalani reli, penggunaan platform Ethereum kembali naik dan ETH menjadi deflasioner. Tingkat _burn_ harian naik dari sekitar 1000 sampai 2000 ETH selama enam bulan terakhir sampai lebih dari 2700 ETH pada 18 Januari, menurut data dari Etherscan. 

![HUWFZ5L6DZGNNCICCJH4B7QJWQ.png](/uploads/HUWFZ_5_L6_DZGNNCICCJH_4_B7_QJWQ_2872c59bce.png)

ETH saat ini diperdagangkan di harga USD1618 atau sekitar Rp24,1 juta pada Selasa (24/1) atau naik 3% selama tujuh hari terakhir.

[**Ditulis oleh Jocelyn Yang**](https://www.coindesk.com/markets/2023/01/24/ether-turns-deflationary-again-led-by-spike-in-nft-sales/)

Sekitar seperempat dari ether yang di-burn terjadi karena perdagangan NFT selama tujuh hari terakhir, menurut data dari ultrasound.money.

Volume ether yang di-burn lebih cepat daripada jumlah yang di-mint. (Foto CDI)

large_25Jan-Ether Kembali Deflasioner-Coindesk.jpg

medium_25Jan-Ether Kembali Deflasioner-Coindesk.jpg

small_25Jan-Ether Kembali Deflasioner-Coindesk.jpg

thumbnail_25Jan-Ether Kembali Deflasioner-Coindesk.jpg

25Jan-Ether Kembali Deflasioner-Coindesk.jpg

Ether Kembali Deflasioner Akibat Kenaikan Penjualan NFT

Setelah US Federal Reserve memutuskan untuk [menaikkan suku bunga](https://www.coindesk.com/business/2023/03/22/federal-reserve-hikes-rates-by-25-basis-points/) sebesar 25 basis poin, bitcoin (BTC) naik hingga lebih dari USD28.000 atau sekitar Rp425 juta, bahkan satu _trading pair_ BTC/USD di _exchange_ Coinbase sempat menyentuh USD28.839 atau sekitar Rp437,7 juta, menurut data dari TradingView.

Meski sempat menyentuh Rp437,7 juta, BTC kemudian turun lagi hingga berkisar USD28.200 atau sekitar Rp427,9 juta pada Kamis (23/3) dan masih stabil di kisaran harga tersebut hingga Jumat (24/3). _Senior market analyst_ di _market maker foreign exchange_ Oanda, Edward Moya mengungkapkan naiknya harga BTC ini tidak hanya karena kenaikan suku bunga tapi juga turut didukung oleh skeptisisme terhadap perbankan tradisional.

"Reli kripto baru-baru ini didorong oleh _bank runs_ yang membuat banyak orang menjadi skeptis terhadap perbankan tradisional. Namun BTC masih butuh 'katalisator baru' agar dapat menembus harga USD30.000 [atau sekitar Rp455,1 juta dan memperpanjang relinya," jelas Moya.

Di sisi _altcoin_, ether (ETH) menikmati lonjakan hingga lebih dari 5% dan diperdagangkan di atas USD1.800 atau sekitar Rp27,3 juta pada Kamis (23/3) dan bertahan di sekitar USD1.816 atau sekitar Rp27,5 juta hingga Jumat (24/3). Sedangkan litecoin (LTC) naik hingga 12%, mencapai USD93 atau sekitar Rp1,4 juta setelah di hari sebelumnya hanya bertahan di harga USD83 atau sekitar Rp1,2 juta. Aptos (APT) juga mengalami kenaikan hingga 7%, mencapai harga USD13 atau sekitar Rp197 ribu.

Bitcoin stabil, ether dan altcoin lain memasuki reli pasca kenaikan suku bunga.

Meski sempat menyentuh Rp437,7 juta, BTC kemudian turun lagi hingga berkisar Rp427,9 juta. (Foto CDI)

large_118-24 Maret-Kenaikan Suku Bunga The Fed Membuat Bitcoin Tetap Stabil di Rp425 Juta.jpg

medium_118-24 Maret-Kenaikan Suku Bunga The Fed Membuat Bitcoin Tetap Stabil di Rp425 Juta.jpg

small_118-24 Maret-Kenaikan Suku Bunga The Fed Membuat Bitcoin Tetap Stabil di Rp425 Juta.jpg

thumbnail_118-24 Maret-Kenaikan Suku Bunga The Fed Membuat Bitcoin Tetap Stabil di Rp425 Juta.jpg

118-24 Maret-Kenaikan Suku Bunga The Fed Membuat Bitcoin Tetap Stabil di Rp425 Juta.jpg

Kenaikan Suku Bunga The Fed Buat Bitcoin Tetap Stabil di Rp425Juta

Balaji Srinivasan, mantan _Chief Technology Officer_ Coinbase, baru-baru ini bertaruh bahwa harga bitcoin (BTC) akan melonjak hingga USD1 juta atau sekitar Rp15 miliar dalam tiga bulan ke depan, atau pada Juni 2023. 

<blockquote class="twitter-tweet"><p lang="en" dir="ltr">I will take that bet.<br>You buy 1 BTC.<br>I will send $1M USD.<br>This is ~40:1 odds as 1 BTC is worth ~$26k.<br>The term is 90 days.<br>All we need is a mutually agreed custodian who will still be there to settle this in the event of digital dollar devaluation.<br>If someone knows how to do this… <a href="https://t.co/hhPr522PQu">https://t.co/hhPr522PQu</a> <a href="https://t.co/6Aav9KeJpe">pic.twitter.com/6Aav9KeJpe</a></p>&mdash; Balaji (@balajis) <a href="https://twitter.com/balajis/status/1636797265317867520?ref_src=twsrc%5Etfw">March 17, 2023</a></blockquote> <script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>

Prediksi tersebut menarik perhatian seorang penulis buku _The Bitcoin Standard_ yang sangat laris, Saifedean Ammous, yang mengutarakan pendapatnya tentang taruhan tersebut melalui sebuah utas Twitter.

Ammous menyatakan bahwa ia merasa ‘aneh’ membuat prediksi yang terdengar _bearish_ pada bitcoin dalam kasus ini, tetapi ia tidak percaya bahwa prediksi tersebut akan menjadi kenyataan. Hal ini terutama karena ia tidak berpikir bahwa dolar AS dapat mengalami hiperinflasi dalam waktu sesingkat tiga bulan.

<blockquote class="twitter-tweet"><p lang="en" dir="ltr">I feel dirty sounding bearish on bitcoin, but I do not think bitcoin will hit $1m in 90 days &amp; and I do not think the dollar can possibly hyperinflate this quickly. <br><br>My reasoning follows <a href="https://t.co/y5g9CK2qxA">https://t.co/y5g9CK2qxA</a></p>&mdash; Saifedean Ammous (@saifedean) <a href="https://twitter.com/saifedean/status/1638452562025127936?ref_src=twsrc%5Etfw">March 22, 2023</a></blockquote> <script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>

Ammous merinci beberapa alasan yang mendasari ketidakpercayaannya terhadap kenaikan harga bitcoin yang begitu fantastis dalam kurun waktu hanya 90 hari saja.

## 1. Krisis Perbankan Adalah Deflasi

Ammous mengomentari argumen krisis perbankan yang dikemukakan oleh Srinivasan. Srinivasan menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa ia menganggap BTC akan melonjak setinggi itu adalah karena bank-bank AS telah mengalami kebangkrutan dengan cepat. Sementara di AS, sudah ada tiga bank yang ditutup oleh regulator AS. Namun, Ammous menyatakan bahwa setiap krisis perbankan adalah deflasi, dan ketika sebuah bank tutup, jumlah uang beredar akan menurun. Bahkan jika semua bank tiba-tiba bangkrut di AS, bagian terbesar dari jumlah uang beredar akan hancur, maka hiperinflasi kemungkinan tidak akan terjadi. 

## 2, Hiperinflasi Didorong Oleh Peningkatan Pasokan Uang yang Beredar

Bahkan jika bank-bank sentral mulai mencetak uang tunai secara aktif, hal ini masih hanya akan menyebabkan inflasi, bukan hiperinflasi, jelas Ammous. Menurutnya, hiperinflasi selalu didorong oleh meningkatnya pasokan uang yang beredar. Menalangi para deposan bank hanya akan menjaga jumlah uang beredar tetap konstan dan tidak mendorongnya lebih tinggi, kata Ammous. Selain itu, butuh pencetakan uang yang sangat besar untuk mengedarkan uang dengan jumlah fantastis agar dapat menciptakan hiperinflasi dalam tiga bulan. 

## 3. Hiperinflasi Memakan Waktu yang Lama untuk Menjatuhkan Nilai Mata Uang Secara Drastis

Ammous berargumen bahwa negara-negara yang paling kacau saja dengan lembaga keuangan yang buruk dan tidak memiliki cadangan mata uang global membutuhkan berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk mencapai tingkat hiperinflasi yang bisa menyebabkan nilai mata uang turun setengahnya dalam satu hari. Menurutnya, kondisi tersebut sangat jauh dari apa yang dibutuhkan untuk mencapai target bitcoin seharga USD1 juta dalam waktu hanya tiga bulan.

## 4. Hiperinflasi di Lebanon Tidak Bisa Dijadikan Contoh 

Ammous mengutip cuitan Srinivasan yang memberikan contoh bagaimana hiperinflasi di Lebanon terjadi secara tiba-tiba. Namun, grafik yang digunakan hanya berdasarkan nilai tukar resmi lira Lebanon terhadap USD, yang tetap dipatok pada tingkat sebelum hiperinflasi selama 2,5 tahun meskipun nilai tukar riil di pasar terus mengalami devaluasi. 

<blockquote class="twitter-tweet"><p lang="en" dir="ltr">4- Balaji uses the example of Lebanon to show how hyperinflation happens all of a sudden, but his chart is based on the official Lebanese lira to USD exchange rate, which remained pegged at the pre-hyperinflation rate for ~2.5 years even as the real market rate was constantly… <a href="https://t.co/ImlPhAfrtE">https://t.co/ImlPhAfrtE</a> <a href="https://t.co/c9tnLasvMt">pic.twitter.com/c9tnLasvMt</a></p>&mdash; Saifedean Ammous (@saifedean) <a href="https://twitter.com/saifedean/status/1638456897232678912?ref_src=twsrc%5Etfw">March 22, 2023</a></blockquote> <script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>

Sementara itu, Ammous menyatakan dalam risetnya bahwa hiperinflasi di Lebanon berjalan lambat. Hal ini terjadi meskipun pemerintahnya berhutang besar-besaran, korupsi, tidak berfungsi, dan cenderung negara yang berkembang. Selain itu, lira bukanlah mata uang cadangan global seperti dolar, dan permintaannya di luar Lebanon sangatlah rendah. Terakhir, meskipun pencetakan uang telah meningkat secara besar-besaran, namun sektor perbankan masih didukung oleh pemerintah setempat.

## 5. Permintaan Bitcoin Harus Sangat Tinggi untuk Mencapai Nilai yang Diprediksi

Setiap harinya, sekitar 900 bitcoin diproduksi selama empat tahun terakhir. Ammous memperkirakan bahwa dengan harga saat ini, sekitar USD25 juta atau sekitar Rp377,3 miliar permintaan baru diperlukan untuk menjaga harga tetap stabil. Namun, jika harga bitcoin mencapai USD1 juta per koin, dibutuhkan permintaan baru sebesar USD900 juta atau sekitar Rp13,5 triliun per hari untuk menjaga harga tetap stabil, dan hal ini harus terus berlangsung secara konsisten. Ia menyimpulkan bahwa peluang terjadinya hal tersebut sangat kecil. 

## 6. Pindah ke Bitcoin Tidak Semudah yang Dibayangkan

“Migrasi ke bitcoin jauh lebih kompleks daripada sekadar menukar dolar dengan bitcoin, seperti beralih dari Windows ke Linux,” katanya. “Prosesnya memerlukan kurva pembelajaran yang sangat curam untuk memahami cara kerja bitcoin, cara menyimpannya, tempat membelinya, dan mengapa harus menghindari shitcoin, yang justru menjadi perangkap yang mungkin menarik permintaan besar dari para pemula yang tersesat dan mengira bahwa shitcoin setara dengan bitcoin.”

Namun, yang lebih penting adalah efek jaringan ekonomi yang signifikan dan biaya koordinasi yang harus diatasi. Bisnis yang memiliki 1.000 pelanggan dan pemasok yang semuanya bertransaksi menggunakan dolar tidak dapat secara tiba-tiba memaksa mereka untuk beralih ke bitcoin dalam semalam atau bahkan dalam waktu 3 bulan. Menurut Ammous, banyak di antara mereka yang mungkin akan beralih ke pesaing lainnya.



Saifedean Ammour, penulis The Bitcoin Standard, mengemukakan pendapatnya terhadap ramalan harga bitcoin yang dibuat Balaji Srinivasan, mantan CTO Coinbase.

Prediksi harga bitcoin tersebut mungkinkah dapat terjadi? (Foto CDI)

large_105-23 Maret-Ramalan Bitcoin Sentuh Rp15M Pada Juni 2023 Tuai Keraguan dari Penulis Buku Bitcoin Standard.jpg

medium_105-23 Maret-Ramalan Bitcoin Sentuh Rp15M Pada Juni 2023 Tuai Keraguan dari Penulis Buku Bitcoin Standard.jpg

small_105-23 Maret-Ramalan Bitcoin Sentuh Rp15M Pada Juni 2023 Tuai Keraguan dari Penulis Buku Bitcoin Standard.jpg

thumbnail_105-23 Maret-Ramalan Bitcoin Sentuh Rp15M Pada Juni 2023 Tuai Keraguan dari Penulis Buku Bitcoin Standard.jpg

105-23 Maret-Ramalan Bitcoin Sentuh Rp15M Pada Juni 2023 Tuai Keraguan dari Penulis Buku Bitcoin Standard.jpg

Ramalan Bitcoin Sentuh Rp15M Pada Juni 2023 Tuai Keraguan dari Penulis Buku Bitcoin Standard, Kenapa?

_Blockchain_ Conflux (CFX) mengalami kenaikan harga yang sangat pesat karena kemitraan mereka bersama China Telecom, penyedia _wireless_ terbesar kedua di Tiongkok dalam membuat kartu SIM yang dapat tersambung dengan _blockchain_ (BSIM). Hal ini dianggap sebagai cara yang menarik bagi pengguna sehari-hari untuk berinteraksi dengan aplikasi berbasis aset kripto. 

Melalui [wawancara dengan CoinDesk](https://www.coindesk.com/markets/2023/03/23/first-mover-asia-blockchain-enabled-sim-card-for-crypto-investors-fuels-conflux-growth-bitcoin-holds-near-273k-after-fed-decision/), _chief technology officer_ Conflux, Ming Wu mengungkap berbagai hal terkait cara kerja BSIM, rencana Conflux hingga kerugian menggunakan BSIM.

Ming mengungkapkan bahwa BSIM bekerja dengan cara mengintegrasikan fungsi perangkat keras _wallet_ kripto ke dalam bentuk kartu SIM. 

"Kartu SIM tersebut dapat mengatur dan menyimpan _public_ dan _private keys_ kemudian membawa tanda tangan digital sehingga _private key_ tidak dapat keluar begitu saja dari kartunya," kata Ming. 

Dengan fitur tersebut, menurut Ming, BSIM memiliki keunggulan dibandingkan dengan _wallet_ kripto. "BSIM menyediakan keamanan _cold wallet_ tapi juga kemudahan dan portabilitas. Pengguna dapat memiliki keamanan tingkat tinggi tapi juga tidak akan menghancurkan pengalaman pengguna secara umumnya terhadap _smartphone_," jelasnya.

Kemudahan seperti itu diyakini akan "menurunkan" batasan untuk memasuki dunia Web3. Menurut Ming, Conflux sedang mengembangkan aplikasi _mobile_ yang mendukung akses pada BSIM yang nantinya akan membantu pengguna mengelola aset digital mereka tanpa membutuhkan _crypto keys_. 

"Hal ini akan memudahkan mereka berpartisipasi dalam Web3 dan Metaverse," kata Ming. "BSIM juga akan mempermudah akses pada _cold wallet_, yang mana memberikan kenyamanan dengan keamanan juga kemudahan bagi penggunanya."

Namun, karena produksi dan kerja sama berlangsung di Tiongkok, terdapat kekhawatiran terhadap privasi, utamanya karena pengguna harus melakukan KYC, kemudian menghubungkan nomor telepon dengan akun _public key_. Di sisi lain, hal ini, menurut Ming, dibutuhkan karena cara seperti ini mengikuti aturan yang diterapkan di Tiongkok dan mudah untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah. 

Conflux berencana untuk membuat _roll-out production_ mereka di Hong Kong tahun ini setelah selesai membangun _chip_ prototipe dan mengujinya di jaringan Conflux. Hong Kong juga menjadi tempat untuk produksi karena perubahan kebijakan yang lebih mendukung teknologi _blockchain_ serta kemungkinan Hong Kong menjadi penghubung antara industri kripto di Tiongkok dan di pasar global.

Token Conflux (CFX) merupakan salah satu token dengan performa terbaik tahun ini, naik 1.700% sejak 1 Januari.

BSIM bekerja dengan cara mengintegrasikan fungsi perangkat keras wallet kripto ke dalam bentuk kartu SIM. (Foto CDI)

large_109-23 Maret-Hal-hal Penting Tentang Kartu SIM Blockchain dan Conflux.jpg

medium_109-23 Maret-Hal-hal Penting Tentang Kartu SIM Blockchain dan Conflux.jpg

small_109-23 Maret-Hal-hal Penting Tentang Kartu SIM Blockchain dan Conflux.jpg

thumbnail_109-23 Maret-Hal-hal Penting Tentang Kartu SIM Blockchain dan Conflux.jpg

109-23 Maret-Hal-hal Penting Tentang Kartu SIM Blockchain dan Conflux.jpg

Hal-hal Penting Tentang Kartu SIM Blockchain dan Conflux

_Exchange_ kripto terbesar di dunia berdasarkan volume _trading_, Binance, mengumumkan bahwa mereka akan menghapus kebijakan _trading_ tanpa biaya (_zero-fee trading_) untuk hampir semua pasangan _trading_ (_trading pair_) aset bitcoin (BTC) mereka pada Rabu (22/3) dan hanya mempertahankan kebijakan tersebut untuk _stablecoin_ TrueUSD (TUSD).

_Research director_ perusahaan penyedia data pasar kripto Kaiko, Clara Medalie mengungkapkan bahwa keputusan ini mungkin akan menjadi akhir dari dominasi Binance di sektor _exchange_ tersentralisasi karena _trading pair_ tanpa biaya ini merepresentasikan sekitar 60% dari volume _trading_ pada platform tersebut. 

Ketika [pertama memperkenalkan kebijakan](https://www.coindesk.com/business/2022/07/06/binance-extends-zero-fee-bitcoin-trading-globally/) tersebut, Binance berhasil menguasai pangsa pasar dengan peningkatan dari 50% menjadi 72% pada Juli lalu dibandingkan dengan _exchange_ likuid lainnya, menurut Medalie dalam cuitannya.

[**Twitter**](https://twitter.com/Clara_Medalie/status/1638537444843745281?s=20)

"_Trading_ tanpa biaya tidak mampu bertahan dalam jangka panjang, tapi dalam jangka pendek, membantu Binance mendapatkan pangsa pasar yang banyak," kata Medalie kepada CoinDesk dalam sebuah surel. "Tanpa kebijakan tersebut untuk mayoritas _pair_ BTC, kita akan melihat penurunan jangka pendek dalam urusan pangsa pasar."

Kehilangan pangsa pasar ini juga, menurut Medalie, disebabkan oleh pengawasan _stablecoin_ milik Binance, Binance USD (BUSD) oleh regulator yang dimulai dari Paxos sebagai penerbit BUSD yang diminta oleh New York Department of Financial Services (NYDFS) untuk menghentikan penerbitan BUSD. 

"_Exchange_ tersebut sepertinya telah menjadikan TUSD sebagai suksesor [BUSD]," kata Medalie.

Hal tersebut membuat Binance "mendorong" _stablecoin_ baru untuk menjadi penopang mereka yaitu TUSD, ditambah dengan tidak menghilangkan kebijakan _trading_ tanpa biaya untuk _trading pair_ TUSD/BTC. Juru bicara Binance mengungkapkan bahwa penambahan TUSD dan beberapa _stablecoin_ lain ke Binance dalam rangka untuk mendiversifikasi produk _stablecoin_ yang mereka tawarkan.

"Utamanya produk yang transparan, teregulasi dan memiliki hubungan kuat dengan institusi perbankan di pasar yang mendukung inovasi. TUSD merupakan yang pertama dari banyak lagi produk _stablecoin_ baru yang akan ditawarkan kepada pengguna," kata juru bicara tersebut dalam surel kepada CoinDesk.

Kebijakan trading tanpa biaya (zero-fee trading) Binance hanya berjalan sekitar sembilan bulan.

Keputusan ini mungkin akan menjadi akhir dari dominasi Binance di sektor exchange tersentralisasi. (Foto CDI)

Ether Kembali Deflasioner Akibat Kenaikan Penjualan NFT

Pelajari Lebih Lanjut

Berlangganan pada Newsletter mingguan kami

Cerita Terkait