_Trader_ berpengalaman Peter Brandt mengatakan kepada CoinDesk TV pada Jumat (21/10) bahwa bitcoin kemungkinan bertahan di kisaran harga yang sempit untuk sementara waktu, dan bahkan dapat turun ke _support_ USD13000 (atau sekitar Rp202,5 juta) sebelum mengalami reli ke titik tertinggi yang baru.

Menemukan lawan argumen dari analisis Brandt ini sulit. Bitcoin telah diperdagangkan di rentang harga yang sempit, dan katalisator yang membuat aset kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar mengalami kenaikan harga ini belum juga muncul. Volatilitasnya juga berkurang secara substansial.

_Average True Range_ (ATR) Bitcoin, sebuah perhitungan volatilitas harga keseluruhan, menurun 76% _year-to-date_, dan duduk di level yang terakhir terlihat pada November 2020.

Harga BTC turun 60% dalam jangka waktu yang sama, menyoroti penurunan yang lambat dan membosankan untuk [ticker iso="BTC"]BTC[/ticker]. 

BTC menunjukkan volatilitas yang lemah dibandingkan dengan S&P 500 (SPX) dan Nasdaq Composite, yang ATR-nya jika dibandingkan meningkat 64% dan 19% _year-to-date_.

Momentum BTC masih netral seiring RSI (_Relative Strength Index_) bertahan di angka 48.

BTC juga diperdagangkan di sekitar area _support_, yang akan berbeda tergantung metode kalkulasi.

_Support_ BTC membentuk di sekitar harga USD18900 atau sekitar Rp294,1 juta. Melihat titik harga, dan mengambil volume di harga tersebut menjadikan level _support_ yang lebih tinggi di sekitar USD19300 atau sekitar Rp300 juta.

![ZIOP7SWTC5AP3A62KANVYUSUME.png](/uploads/ZIOP_7_SWTC_5_AP_3_A62_KANVYUSUME_7fb9de0ab5.png)

Brandt mengidentifikasi level _support_ dekat dengan USD18000 atau sekitar Rp280,2 juta, tapi tidak heran jika nantinya diperdagangkan lebih rendah dari USD17000 atau sekitar Rp264,6 juta sampai dengan Rp202,5 juta dalam "kepanikan akhir".

Penurunan 32% dari harga saat ini kemungkinan berasal dari katalisator negatif yang signifikan. Namun, investor akan bijaksana untuk mempertimbangkan semua opsi, terutama karena bitcoin telah turun dua kali lipat dalam 10 bulan terakhir. 

Melihat _options open interest_ BTC dengan _strike price_ juga mengindikasikan _support_ di harga Rp280,2 juta mengingat akumulasi _call options_ di _strike price_ Rp280,2 juta. Level yang sama dengan _call options_ di _strike price_ USD18500 atau sekitar Rp288 juta, sementara jumlah _put options_ mulai melewati _call_ di harga USD18750 atau sekitar Rp291,9 juta.

Sementara ini, BTC tidak menarik investor yang mencari pendapatan jangka pendek, volatilitas yang rendah dan pergerakan harga yang terbatas akan lebih atraktif untuk orang-orang dengan tujuan jangka panjang.

![G3AOOYXB2FF63B3KTNJ7OX5U4Y.png](/uploads/G3_AOOYXB_2_FF_63_B3_KTNJ_7_OX_5_U4_Y_7e79935754.png)

Salah satu perhitungan volatilitas bitcoin telah berkurang hingga 76% tahun ini. 'Trader' berpengalaman Peter Brandt mengatakan kepada CoinDesk TV bahwa investor bitcoin "hanya lelah."

katalisator yang membuat Bitcoin mengalami kenaikan harga ini belum juga muncul. (Foto CDI)

large_26oct-btc-bertahan-coindesk.jpg

medium_26oct-btc-bertahan-coindesk.jpg

small_26oct-btc-bertahan-coindesk.jpg

thumbnail_26oct-btc-bertahan-coindesk.jpg

26oct-btc-bertahan-coindesk.jpg

Bitcoin Kemungkinan Bertahan di Kisaran Harga yang Sempit

Warga Korea Selatan diketahui memiliki total aset digital di luar negeri senilai ratusan triliun won.

Menurut [laporan](https://www.nts.go.kr/nts/na/ntt/selectNttInfo.do) dari National Tax Service (NTS) Korea Selatan pada Rabu (20/9/2023), sebanyak 1.432 individu dan entitas perusahaan di Korea Selatan telah melaporkan akun aset kripto yang berada di luar negeri pada 2023 dengan total nilai mencapai KRW131 triliun atau setara dengan Rp1.505 triliun. Jumlah ini mewakili lebih dari 70% dari total aset luar negeri yang telah dilaporkan.

Sementara itu, jumlah gabungan dari aset luar negeri yang dilaporkan—termasuk uang tunai dan sekuritas—telah melonjak mencapai KRW186,4 triliun atau setara Rp2.139 triliun, mencapai rekor tertinggi setelah adanya penerapan peraturan pajak baru, menurut NTS.

Berdasarkan undang-undang perpajakan negara, warga negara Korea Selatan yang memiliki aset dalam bentuk apapun senilai lebih dari KRW500 juta atau setara dengan Rp7,6 triliun di rekening keuangan asing diwajibkan untuk melaporkannya kepada pihak berwenang pada Juni. Warga yang tidak melaporkan nilai kepemilikan aset tersebut akan dikenakan denda hingga 20% dari jumlah aset yang tidak dilaporkan.

NTS menekankan bahwa pihak regulator pajak berencana untuk melakukan pengawasan yang ketat terhadap individu atau entitas yang tidak mematuhi kewajiban tersebut. 

Pemerintah Korea Selatan sebelumnya telah berupaya untuk menerapkan pajak sebesar 20% pada penghasilan dari aset kripto yang seharusnya mulai berlaku pada awal tahun ini. Namun, pelaksanaannya telah diundur hingga tahun 2025.


**Baca juga: [Perusahaan di Korea Selatan akan Diwajibkan Menunjukkan Simpanan Kripto Mereka](https://www.coindesk.id/berita/perusahaan-di-korea-selatan-akan-diwajibkan-menunjukkan-simpanan-kripto-mereka)**


Jumlah ini mewakili lebih dari 70% dari total aset di luar negeri yang telah dilaporkan, ungkap National Tax Service Korea Selatan.

Warga Korea Selatan menyimpan aset digital senilai ratusan triliuan won di akun luar negeri. (Foto CDI)

large_102-21 September-Korsel Ungkap Kepemilikan Aset Kripto di Luar Negeri Senilai Rp1.505 Triliun.jpg

medium_102-21 September-Korsel Ungkap Kepemilikan Aset Kripto di Luar Negeri Senilai Rp1.505 Triliun.jpg

small_102-21 September-Korsel Ungkap Kepemilikan Aset Kripto di Luar Negeri Senilai Rp1.505 Triliun.jpg

thumbnail_102-21 September-Korsel Ungkap Kepemilikan Aset Kripto di Luar Negeri Senilai Rp1.505 Triliun.jpg

102-21 September-Korsel Ungkap Kepemilikan Aset Kripto di Luar Negeri Senilai Rp1.505 Triliun.jpg

Korsel Ungkap Kepemilikan Aset Kripto di Luar Negeri Senilai Rp1.505 Triliun

_Governance token_ milik pemberi pinjaman DeFi MakerDAO, Maker (MKR), mengalami kenaikan harga hingga USD1.320 atau Rp20,3 juta dalam 24 jam terakhir, hampir mencapai harga tertingginya pada Agustus, USD1.366 atau sekitar Rp21 juta, menurut data CoinDesk.

Tidak hanya harga MKR yang naik, pendapatan tahunan protokol tersebut juga mengalami kenaikan sebanyak empat kali lipat sejak awal tahun, mencapai USD185 juta atau sekitar Rp2,8 triliun, menurut dasbor [Makerburn](https://makerburn.com/#/charts/revenue).

Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satunya karena investasi mereka ke aset cadangan di US Treasuries berhasil, terutama karena mendapatkan _yield_ tinggi di pasar obligasi tradisional.

Selain itu, diketahui bahwa dua investor besar, atau _whale_, telah mengakumulasi MKR bulan ini, menurut [Lookonchain](https://twitter.com/lookonchain/status/1704508917475065901). Satu entitas membeli MKR senilai USD1,95 juta atau sekitar Rp30 miliar sejak 4 September, sedangkan satu lagi membeli MKR senilai USD1,63 juta atau sekitar Rp25 miliar pada pekan ini.

Kenaikan harga yang dialami MKR tahun ini mencapai 152%, lebih tinggi dari bitcoin (BTC) yang hanya naik 64% dalam waktu yang sama.

Untuk mempertahankannya, MakerDAO memperkenalkan hadiah 5% untuk _stablecoin_ mereka, DAI, agar menambahkan permintaan bagi _stablecoin_ mereka. Suplai DAI terus meningkat hingga mencapai USD1 miliar atau sekitar Rp15,3 triliun sejak Agustus.

Selain harga governance token MKR yang naik, pendapatan tahunan protokol MakerDAO juga mengalami kenaikan.

Selain itu, diketahui bahwa dua whale telah mengakumulasi MKR bulan ini. (Foto CDI)

large_106-21 September-Investasi di US Treasuries Berhasil, Harga MKR Naik Hingga Rp20,3 Juta.jpg

medium_106-21 September-Investasi di US Treasuries Berhasil, Harga MKR Naik Hingga Rp20,3 Juta.jpg

small_106-21 September-Investasi di US Treasuries Berhasil, Harga MKR Naik Hingga Rp20,3 Juta.jpg

thumbnail_106-21 September-Investasi di US Treasuries Berhasil, Harga MKR Naik Hingga Rp20,3 Juta.jpg

106-21 September-Investasi di US Treasuries Berhasil, Harga MKR Naik Hingga Rp20,3 Juta.jpg

Investasi di US Treasuries Berhasil, Harga MKR Naik Hingga Rp20,3 Juta

US Federal Reserve mengumumkan bahwa mereka masih akan mempertahankan rentang suku bunga di antara 5,25% sampai 5,5%, menunjukkan bahwa kebijakan moneter tidak berubah.

"Dalam menentukan tambahan penguatan kebijakan yang mungkin diperlukan untuk mengembalikan inflasi ke angka 2%, Committee akan melakukan pengetatan kumulatif pada kebijakan moneter, kelambanan kebijakan moneter dalam mempengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi, serta perkembangan ekonomi dan keuangan," tulis The Fed dalam [pernyataannya](https://www.federalreserve.gov/newsevents/pressreleases/monetary20230920a.htm), Rabu (20/9).

Untuk tahun depan, The Fed [memproyeksikan](https://www.federalreserve.gov/monetarypolicy/files/fomcprojtabl20230920.pdf) untuk tetap mempertahankan angka 5%, melampaui prediksi pada bulan Juni lalu yang hanya sekitar 4,3%. Hal ini untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, dengan target peningkatan PDB riil hingga 2,1%.

_Chair_ The Fed, Jerome Powell, mengatakan bahwa untuk mencapai target peningkatan PDB tersebut, bank sentral akan melakukan peningkatan suku bunga jika ekonomi masih lebih kuat daripada yang diperkirakan.

"Anggota Fed percaya bahwa satu kali lagi kenaikan suku bunga lebih mungkin daripada tidak wajar, dalam mencapai tujuan The Fed," katanya.

Bitcoin (BTC) merespons kabar ini dengan penurunan 1%, dari sebelumnya USD27.200 atau sekitar Rp418,6 juta menjadi USD26.900 atau sekitar Rp414 juta setelah pengumuman bank sentral tersebut.

The Fed masih akan mempertahankan kebijakan moneter mereka.

Kebijakan moneter tidak berubah. (Foto CDI)

large_105-21 September-The Fed Bergeming Terhadap Keputusan Suku Bunga, Bitcoin Turun 1 Persen.jpg

medium_105-21 September-The Fed Bergeming Terhadap Keputusan Suku Bunga, Bitcoin Turun 1 Persen.jpg

small_105-21 September-The Fed Bergeming Terhadap Keputusan Suku Bunga, Bitcoin Turun 1 Persen.jpg

thumbnail_105-21 September-The Fed Bergeming Terhadap Keputusan Suku Bunga, Bitcoin Turun 1 Persen.jpg

105-21 September-The Fed Bergeming Terhadap Keputusan Suku Bunga, Bitcoin Turun 1 Persen.jpg

The Fed Bergeming Terhadap Keputusan Suku Bunga, Bitcoin Turun 1%

Setelah _exchange_ Binance menerima berbagai tekanan dari regulator di Amerika Serikat dan Eropa, mereka juga menderita penurunan rata-rata mingguan volume _trading_ spot bitcoin (BTC) mereka.

Menurut K33 Research, rata-rata mingguan volume _trading_ spot BTC di Binance turun 57% sejak awal September, berbanding Coinbase yang malah naik 9% di periode yang sama.

![OTGH2KQZ6ZAJLBIZXOWKAOAYBA.webp](/uploads/OTGH_2_KQZ_6_ZAJLBIZXOWKAOAYBA_b4d0c70a87.webp)

Padahal, Binance sendiri sudah memberlakukan promosi _zero-fee_ untuk _trading_ BTC menggunakan TrueUSD (TUSD).  Kemungkinan, [pembatasan](https://www.binance.com/en/support/announcement/updates-on-zero-fee-bitcoin-trading-2023-09-07-9f438c4249ff45deb34cb9f727f99f83) yang dilakukan Binance terhadap promosi tersebut mulai 7 September menjadi salah satu penyebab penurunan volume _trading_.

Meski begitu, tidak bisa dipungkiri, penyebab terbesarnya adalah [tuntutan](https://www.coindesk.com/business/2023/08/02/binance-could-face-us-fraud-charges-but-prosecutors-worry-about-risk-of-bank-run-semafor/) yang dilakukan US Department of Justice (DOJ), kemudian US Securities and Exchange Commission (SEC) dan US Commodity Futures Trading Commission (CFTC) yang juga [menuntut](https://www.coindesk.id/berita/binance-ajukan-mosi-untuk-batalkan-gugatan-cftc) Binance.

_Senior analyst_ K33 Research, Vetle Lunde, mengatakan bahwa kasus DOJ dan SEC melawan Binance menghalangi _market makers_ dalam melakukan _trading_ di Binance, maka dari itu terjadi penurunan. "Beberapa _market making_ mungkin telah berpindah ke _exchange_ lain, tapi tetap saja, penurunan di Binance ini akan memengaruhi negatif volume pasar secara umum," katanya.

Rata-rata mingguan volume trading spot bitcoin di Binance turun 57% sejak awal September.

Rata-rata mingguan volume trading spot BTC di Binance turun 57% sejak awal September. (Foto CDI)

Bitcoin Kemungkinan Bertahan di Kisaran Harga yang Sempit

Pelajari Lebih Lanjut

Berlangganan pada Newsletter mingguan kami

Cerita Terkait